Venue, cara ke Venue



Venue kita untuk acara ini adalah 

Ruang Amphitheater, Gedung KH Ibrahim E7
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Kampus Terpadu UMY
Jl. Lingkar Selatan,
Kasihan, Bantul
Yogyakarta 55183

Jika anda ingin naik kendaraan umum bertrayek, Bus Trans Jogja yang melayani jalur ini adalah Jalur 6A dan 6 B (sebaliknya). Jika ini pilihan anda, sebaiknya anda mempelajari dulu trayek Trans Jogja di internet, karena ada kemungkinan rute berputar dulu dan anda tidak mencapai target waktu yang diinginkan.

Jika anda naik taksi resmi, taksi online dan gojek, seharusnya pengemudi dengan mudah mengenali tempat ini. Di Jalan Lingkar Luar Selatan, kampus ini terletak di sisi Baratnya, menghadap ke Timur, dengan desain kampus yang unik, menjadi landmark daerah Kasihan Bantul.

Inline image 1

Setelah anda memasuki gerbang kampus, anda belok kiri dan mengikuti jalan, dan anda bisa melihat gedung megah Sportorium UMY ini.

Inline image 2

Di sisi kanan atau sisi Barat gedung sportorium, terdapat gedung KH Ibrahim E7, tempat venue kita, gedung sebelah kiri.

Inline image 3

Silahkan masuk ke bagian dalam Gedung, dan anda akan menemukan tempat parkir sepeda motor. Di dalamnya terdapat lift/elevator menuju lantai 5, dan di depan anda adalah Ruang Amphitheater tempat acara kita berlangsung. 

Jangan ragu bertanya jika ada hal yang membuat ragu. Sampai jumpa hari Selasa pagi saat pendaftaran...!

Salam

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Image
Undangan Abstrak Makalah Konferensi Film Indonesia dan Rapat Paripurna I Asosiasi Pengkaji Film Indonesia (Kafein) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 29-30-31 Agustus 2017 Didukung oleh: Badan Perfilman Indonesia Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Seksi Perfilman  Dinas Kebudayaan DIY Asosiasi Pengkaji Film Indonesia (Kafein) berdiri pada awal tahun 2017, bertujuan untuk memudahkan kebutuhan berjejaring yang terkait pertukaran pengetahuan, sumber daya penelitian dan publikasi, seiring dengan semakin besarnya kebutuhan pemahaman kepada film dan perfilman Indonesia. Latar belakang keilmuan anggota yang telah bergabung bervariasi; dari sekolah film, sastra, seni, bisnis, komunikasi, sejarah, filsafat, pendidikan, politik, administrasi, sosiologi dan antropologi. Kafein akan membuat konferensi akademis lintas disiplin mengenai film Indonesia pada bulan Agustus 2017. Tulisan ini merupakan undangan untuk mengirim abstrak dan mem
Read more
Image
Jadwal dan Panel Konferensi Film Indonesia I, Asosiasi Pengkaji Film Indonesia (Kafein) Hari 1, 29 Agustus 2017 08.00-08.30 Registrasi  08.30-09.00 Sambutan-Sambutan 09.00-10.00 Keynote Speaker Dr. Seno Gumira Ajidarma, S.Sn., M.Hum., Institut Kesenian Jakarta:  Kritik Esensialis dan Kajian Konstruktivis Moderator: Dr. Budi Irawanto 10.00-10.30 Rehat kopi 1 10.30-12.00 Panel 1. Praktik Film & Film sebagai Praktik: Moderator: Firly Annisa, M.A. Zaki Habibi, Lunds Universitet dan Universitas Islam Indonesia: Menelaah Film melalui “Media Practice”: Sebuah Tawaran Teoretis Tito Imanda, Goldsmiths, University of London: Membuat Film Mistis dan Mistis Membuat Film: Praktik Kolaborasi Bersama Kelompok Wayang Orang di Kaki Gunung Merapi Sys W, Komunitas Film Tasikmalaya: F ilm, Soundscape dan Pasar Tradisional 12.00-12.30 Makan siang   12.30-14.30 Panel 2. Praktik Dokumenter: Moderator: Dr. Novi Kurnia Renta Vulkanita Hasan dan Romdhi Fatkhur Rozi, Univ
Read more

10th ASEACC Conference: The Politics Of Faith, Spirituality, And Religion In Southeast Asian Cinemas

CFP: The Politics Of Faith, Spirituality, And Religion In Southeast Asian Cinemas 10th Biennial Association for Southeast Asian Cinemas Conference (ASEACC) July 23-26, 2018, Indonesian Institute of the Arts (ISI) Yogyakarta, Indonesia In Southeast Asia, the tropes of faith/belief, spirituality and religion are frequently inseparable from the political––whether specific regimes, groups, movements or longer 'undercurrents'––in a way that challenges post-enlightenment, rationalist/secularist conceptions of the political and the modern. As the products of these rapidly changing societies with diverse and long-historical philosophies and practices of faith, religion and ritual, Southeast Asian cinemas have often occupied disputed theoretical and aesthetic ground, particularly in their engagements with politics. Local cinematic forms have consistently resisted any absolute break with the power structures and attendant narrative and aesthetic discourses that link the regional p
Read more